Header Ads

Korelasi Antara Letak Arsy Dan Bumi Datar

Korelasi Antara Letak Arsy Dan Bumi Datar


Sebelum kita masuk lebih jauh pada pembahasan tentang istiwa dalam pandangan konsep bumi datar. Kita harus pahami terlebih dahulu apa makna dari arsy yang dimaksudkan dalam al quran. Butuh pemikiran yang super ekstra agar kita tidak terjerumus dalam pemaknaan yang menyesatkan supaya permasalahan ini bisa kita urai dengan lugas dan cermat.

Sebagai penggiat bumi datar, penulis memahami bahwa permasalahan ini sangat erat hubungannya dengan persoalan aqidah yakni permasalahan yang menjurus pada pemahaman mujassimah atau menyerupakan Allah dengan makhluknya, untuk itu kritik dan saran akan kami terima dengan selebar-lebarnya demi mencapai sebuah perenungan yang mendalam dan penuh dengan kehati-hatian.

Untuk mengawali pembahasan masalah arsy dan bumi datar ini, penulis akan membawakan sebuah surat yang berhubungan dengan pristiwa kiamat.

Adapun alasan utama, mengapa kami mengkaitkan permasalahan ini dengan peristiwa kiamat, oleh karena pembahasan arsy dan bumi datar mempunyai korelasi yang cukup erat dengan eskatologi (ilmu kiamat). Kita mulai dengan membuka surat al haqqah :

فَإِذَا نُفِخَ فِى ٱلصُّورِ نَفْخَةٌ وَٰحِدَةٌ وَحُمِلَتِ ٱلْأَرْضُ وَٱلْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَٰحِدَةً فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ ٱلْوَاقِعَةُ

“Maka apabila sangkakala ditiup, sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali benturan. Maka pada hari itu terjadilah hari Kiamat” (Al-Haqqah 69:13-15)

Dalam surat ini diceritakan mengenai peristiwa kiamat dimulai dengan ditiupnya sangkakala dengan sekali tiup. Saat itulah rentetan pristiwa kiamat akan terjadi satu demi satu, bumi dan gunung diangkat, kemudian keduanya dibenturkan dengan sekali benturan.

Tentu pristiwa kiamat semacam ini, sangatlah bertentangan dengan konsep kiamat bumi bulat. Dimana antara bumi, bulan, dan matahari serta planet lainnya yang bertebaran diangkasa, saling berbenturan dan bertubrukan. Dari sini kiamat konsep bumi bulat sudah tak bisa lagi dijadikan dasar dalam menjelaskan pristiwa kiamat karena menyelisihi apa yang disampaikan dalam al quran.

Kemudian dalam ayat selanjutnya Allah swt menjelaskan tentang sifat dan kondisi dari arsy sebagaimana dalam firmannya :

وَٱنشَقَّتِ ٱلسَّمَآءُ فَهِىَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ وَٱلْمَلَكُ عَلَىٰٓ أَرْجَآئِهَاۚ وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَٰنِيَةٌ

“dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi rapuh. Dan para malaikat berada di berbagai penjuru langit. Pada hari itu delapan malaikat menjunjung Arsy (singgasana) Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (Al-Haqqah 69:16-17)

Harus diingat bahwa dalam konsep bumi datar, langit berada diatas dan bumi ada dibawah. Dalam ayat diatas ketika pristiwa kiamat terjadi langit menjadi rapuh. Karena langit rapuh, dikhawatirkan langit itu runtuh. Kemudian sebanyak delapan malaikat menjunjung arsy Allah agar supaya tidak jatuh ke bawah.

Berdasarkan ayat ini kita bisa menangkap dan mengambil sebuah kesimpulan bahwa arsy itu adalah berupa atap di atas bumi kita. Sebelum kiamat datang dan terjadi, langit diatas bumi kita berdiri kokoh sebagaimana Allah swt berfirman :

ٱللَّهُ ٱلَّذِى رَفَعَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَاۖ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِۖ وَسَخَّرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَۖ كُلٌّ يَجْرِى لِأَجَلٍ مُّسَمًّىۚ يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ يُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ لَعَلَّكُم بِلِقَآءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ

“Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menundukkan matahari dan bulan; masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan. Dia mengatur urusan (makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu.” (Ar-Ra’d 13:2)

Dan dalam surat yang lain Allah juga berfirman :

خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَاۖ وَأَلْقَىٰ فِى ٱلْأَرْضِ رَوَٰسِىَ أَن تَمِيدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍۚ وَأَنزَلْنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَنۢبَتْنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ

“Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi agar ia (bumi) tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. (Luqman 31:10)

Namun ketika kiamat terjadi langit ini pun menjadi rapuh, dan arsy Allah kemudian di dekatkan ke bumi. Maka saat itu manusia akan melihat delapan malaikat memikul arsy. Jadi arsy Allah disini adalah atap yang berada di atas langit lapis ke tujuh. Allah swt berfirman

قُلْ مَن رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ ٱلسَّبْعِ وَرَبُّ ٱلْعَرْشِ ٱلْعَظِيمِ

Katakanlah, “Siapakah Tuhan yang memiliki langit yang tujuh dan yang memiliki ‘Arsy yang agung? ( Al-Mu’minun 23:86)

Apabila kita masih belum yakin bahwa arsy Allah itu berupa atap yang berada diatas langit lapis ketujuh, bukankah Nabi Muhammad saw ketika isra’ mikraj bertemu dengan Allah di atas langit lapis ke tujuh?. Dan tidaklah nabi Muhammad menemui Ar-Rahman melainkan disinggahsananya yakni di atas Arsy, sebagaimana dalam firman-Nya :

إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِۖ يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَۖ مَا مِن شَفِيعٍ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ إِذْنِهِۧۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمْ فَٱعْبُدُوهُۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

“Sesungguhnya Tuhan kamu Dialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy (singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tidak ada yang dapat memberi syafaat kecuali setelah ada izin-Nya. Itulah Allah, Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” (Yunus 10:3)

Perhatikan pada bait diatas yakni pada kalimat “Dia (Allah) bersemayam diatas arsy untuk mengatur segala urusan”. Arsy Allah berupa atap di atas bumi datar kita, dan Nabi Muhammad SAW ketika isra’ mikraj dan semenjak menginjakkan kakinya di atas langit lapis ke tujuh, yakni mustawa mendengar sebuah pena yang sedang menulis takdir alam semesta kita.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ عُرِجَ بِي حَتَّى ظَهَرْتُ بِمُسْتَوًى أَسْمَعُ صَرِيفَ الْأَقْلَامِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku dibawa naik ke langit hingga sampai di Mustawa, dan aku mendengar goresan pena-pena.” [HR. Ahmad 20326]

Itulah singgasana Allah, yang mana ar-Rahman mengatur segala urusannya, hidup kita, rezeki kita, dan juga akhir hayat kita sebagai manusia dimuka bumi. Dalam hadis yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

إِنَّ الله عَلَى عَرْشِهِ وَ إِنَّ عَرْشَهُ عَلَى سَمَوَاتِهِ وَ أَرْضِهِ كَهَكَذَا وَ قَالَ بِأَصَابِعِهِ مِثْلَ اْلقُبَّةِ

“Sesungguhnya Allah di atas ‘Arsy-Nya dan Arsy-Nya di atas langit-langit dan bumi, seperti begini dan beliau memberikan isyarat dengan jari-jemarinya seperti KUBAH.”. [HR Ibnu Abi Ashim dalam As-sunnah 1/252]

Arsy Allah adalah makhluk dan yang bernama makhluk pasti membutuhkan arah dan tempat, dan tempatnya adalah diatas langit lapis ketujuh. Apabila kita tarik dalam pemahaman bumi datar, tentu letak arsy ini mudah untuk kita identifikasi, karena arah atas dan bawah sangatlah jelas.

Berbeda jika kita menggunakan pendekatan bumi bulat, arah atas dan bawah tidak begitu jelas, karena atas bisa menjadi bawah, dan bawah bisa menjadi atas, mengingat bentuk buminya yang bulat.

Berangkat dari penjelasan diatas, dapat kita pahami bahwa arsy dan konsep bumi datar mempunyai keterkaitan antara yang satu dengan yang lain. Dan pastinya tidak akan bisa kita pahami dengan mudah, apabila menggunakan pendekatan konsep bumi bulat.

(wallahualam)

Buka juga :

Post a Comment

0 Comments