Header Ads

Menurut Penelusuran Para Ahli, Sumber Awal Virus Corona Berasal dari Kelelawar

Menurut Penelusuran Para Ahli, Sumber Awal Virus Corona Berasal dari Kelelawar


Menurut Penelusuran Para Ahli, Sumber Awal Virus Corona Berasal dari Kelelawar



Para ilmuwan mengatakan bahwa ular mungkin merupakan sumber asli dari virus corona di Wuhan. Namun, para ahli penyakit menular lainnya mengatakan sumber yang paling mungkin adalah kelelawar. Sejak lama kelelawar memang dikenal sebagai penjahat super biologis.


Seperti dikutip dari laman CNN, Kamis (30/1), Presiden EcoHealth Alliance Peter Daszak mengatakan, "ketika Anda melihat urutan genetik virus, dan mencocokkannya dengan setiap virus corona yang dikenal, kemungkinan terdekatnya berasal dari kelelawar."


Profesor Guizhen Wu dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di China mengatakan, dalam sebuah penelitian yang dirilis oleh jurnal medis Lancet pada hari Rabu(29/1), data yang mereka miliki sejauh ini konsisten dengan virus yang semula berasal dari kelelawar.


Mengapa Kelelawar?


Kelelawar adalah kelompok yang beragam karena memiliki lebih dari 1.300 spesies. Mereka beragam secara geografis, hidup di setiap benua kecuali Antartika. Dibandingkan dengan hewan darat, mereka memiliki umur yang lebih panjang dan banyak bertengger secara bergerombolan di dalam gua. Hal inilah yang memungkinkan mereka berpotensi bersentuhan dengan lebih banyak virus dan dapat bersirkulasi dengan mudah di antara mereka.


Mamalia bersayap telah menjadi reservoir bagi beberapa virus mematikan seperti Marburg, Nipah, dan Hendra. Di mana telah menyebabkan penyakit pada manusia dan juga menimbulkan wabah di Uganda, Malaysia, Bangladesh, dan Australia. Kelelawar sejak lama dianggap sebagai inang alami dari virus Ebola, rabies, SARS dan MERS, serta dugaan sebagai inang dari virus yang sekarang muncul di Wuhan.


Seringkali ada perantara yang terlibat dalam penyebaran virus, seperti SARS pada 2003 tersebar melalui musang, dan MERS yang muncul tahun 2012 tersebar melalui unta.


Salah satu teori menyatakan penyebabnya adalah sistem penerbangan yang dimiliki oleh semua kelelawar tetapi tidak dimiliki oleh mamalia lainnya, ini memungkinkan kelelawar untuk mengembangkan mekanisme yang melindungi mereka dari virus. Ketika kelelawar terbang, mereka meningkatkan metabolisme dan suhu tubuhnya. Ini mirip dengan demam pada manusia dan mamalia lainnya. Dalam skala evolusi para ilmuwan mengatakan, kelelawar dapat meningkatkan sistem kekebalan dan membuatnya lebih toleran terhadap virus.


"Hipotesis di antara para ilmuwan saat ini adalah bahwa sistem kekebalan kelelawar telah diadaptasi selama berabad-abad evolusi karena kemampuan terbang mereka," kata Dr Stathis Giotis, ahli Virologi Departemen Penyakit Menular di Imperial College, London.


Bukan tanpa alasan, para ilmuwan juga telah menemukan beberapa petunjuk yang menjanjikan dalam susunan genetik kelelawar untuk mendukung hipotesis ini.


Para ilmuwan menemukan, kelelawar memiliki lebih banyak virus berbahaya daripada spesies lainnya. Sebuah tim ilmuwan telah mengamati 188 virus zoonosis yang diketahui dan menemukan bahwa kelelawar memiliki proporsi yang jauh lebih tinggi dari spesies mamalia lainnya.


Masih terlalu dini untuk mengatakan dengan pasti apakah coronavirus Wuhan berasal dari kelelawar dan apakah perantara berperan. Karena pada awalnya wabah ini diduga muncul dari pasar makanan laut yang menjual hewan hidup di Wuhan. Hingga saat ini para ilmuwan tengah berupaya untuk melacak sumbernya baik di laboratorium maupun langsung di lapangan.


Profesor Guizhen Wu mengatakan data menunjukkan virus itu berpindah dari kelelawar ke hewan liar lain yang tidak diketahui, baru kemudian ke manusia. Dia menuturkan tidak ada kelelawar yang dijual di pasar makanan laut dan pada saat wabah corona pertama kali dilaporkan di akhir Desember, sebagian besar spesies kelelawar di Wuhan sedang berhibernasi.


Buka juga :

Post a Comment

0 Comments