Jadi dari sisi anda sebagai nasabah, bunga adalah biaya (Cost). Elite Global sebagai pencetus lahirnya sistem perbankan selalu berfikir bahwa segala sesuatu ada biayanya. Termasuk ketika seseorang meminjam uang pada mereka. Bagi mereka ini adalah Price of Money or Capital, dan merupakan suatu kewajaran karena bank (pemilik dana) di asumsikan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan hasil produktif, bila uang tersebut di investasikan untuk proyek yang lain.
Bunga adalah Riba yang Nyata
Namun sebaik apapun bunga perbankan di definisikan, tetap tidak ter-elakan bahwa sistem ini bertentangan dengan kitab suci. Mewajarkan situasi yang salah dimata Tuhan sudah menjadi pekerjaan perwujudan nyata dari para iblis ini. Kondisi ini semakin ironis, dikarenakan saat ini bunga telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam sistem moneter di seluruh dunia. Negara-negara dengan mayoritas muslim pun, secara sistemik terjerumus dengan situasi ini, meski Al Qur’an secara tegas dan lugas di banyak ayat menyatakan bahwa Riba adalah haram.
Larangan Riba dalam Al-Qur’an dan Hadits
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. – QS : Al- Baqarah(2):275
“Satu dirham uang riba yang dimakan oleh seseorang dalam keadaan mengetahui bahwa itu adalah uang riba dosanya lebih besar dari pada berzina sebanyak 36 kali.” (HR. Ahmad dari Abdulloh bin Hanzholah dan dinilai shahih oleh Al Albani dalam Shahih al Jami’, no. 3375)” [Nida-atur Rahman li Ahli Iman hal 41] دِرْهَمٌ رِبًا يَأْكُلُهُ الرَّجُلُ وَهُوَ يَعْلَمُ أَشَدُّ مِنْ سِتَّةٍ وَثَلَاثِينَ زَنْيَةً
Konsekuensi Bunga terhadap Ekonomi Negara
Kami yakin para Bankster akan semakin senang dan tertawa lepas, jika mereka mendengar penjelasan para pemimpin ormas keagamaan yang memandang bahwa bunga perbankan bukanlah riba. Mereka yang sangat sulit tergoda bebuat maksiat umum, dengan mudah terperangkap berbuat dosa melalui celah ini (Riba). Mereka secara tidak langsung telah menempatkan diri pada kubu yang di perangi Allah dan Rasul Nya, dan berpeluang besar menjadi teman para iblis di akhirat.
Bunga dalam arti harfiah akan mempercantik dan membuat suasana menjadi tenang. Namun jika bunga perbankan menguasai ekonomi suatu negara, maka sedikitnya akan ada 3 konsekuensi, yaitu :
- Bunga akan terus memaksa tercapainya pertumbuhan ekonomi yang terus menerus, meski kondisi ekonomi aktual telah berada pada kejenuhan yang konstan.
- Bunga akan mendorong persaingan di antara para pemain dalam sebuah ekonomi.
- Bunga cenderung memposisikan kesejahteraan pada segelintir orang, dan membebankan kebanyakan orang.
Akan selalu ada korban akibat bunga (gagal bayar). Diterapkannya konsep bunga dan di padukan dengan program mengedarkan dan mencetak uang kertas serampangan (tanpa Back Up logam mulia), akan terus memicu ketidak seimbangan ekonomi hingga krisis ekonomi. Dan kondisi ini yang mereka sebut sebagai kemenangan terhadap suatu negara, yakni mengambil alih kekuasaan tanpa perang, tanpa merebut wilayah, tanpa terasa.
Buka juga :
0 Comments