Bulan dan Matahari Pasangan Beroposisi |
Ada malam dan ada siang, ada daratan dan ada lautan, ada matahari dan ada rembulan, dan masih banyak lagi segala ciptaan Tuhan yang berpasangan. Semua hal yang dipasangkan Tuhan adalah dalam rangka menyeimbangkan nilai-nilai, agar manusia senantiasa dapat mengambil hikmah / pelajaran dalam mengarungi hidup.
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah” (QS Adz Dzariyat : 59)
Ayat diatas merupakan isyarat alias pertanda agar definisi “berpasangan” dijadikan pondasi penting dalam mengamati sesuatu, hingga menetapkannya sebagai ilmu (sains). Pondasi yang diberikan Tuhan ini akan mengantarkan kita pada kebenaran sejati, serta menjauhkan kita dari penyesatan ilmu yang berasal dari kesombongan sifat manusia.
Astronomi modern yang berpegang teguh pada pemahaman GE, berpendapat bahwa bulan memiliki unsur yang padat, berbentuk mirip seperti bumi (bulat) dan kita dapat memijakan kaki disana. Bulan diklaim sebagai planetoid yang tak bercahaya, dimana sinar bulan yang terlihat dari bumi merupakan refleksi / pantulan dari sinar matahari.
Bertolak belakang dengan paparan diatas, pemahaman FE meragukan bahwa bulan adalah bola dengan unsur yang padat. Bentuknya memang lingkaran, namun tidak bulat seperti tahu yang digoreng dadakan dengan harga lima ratus-an. Bulan sama sekali bukanlah planetoid dimana manusia bisa datang dan pergi kesana. Sebagian besar piringan bulan justru tampak transparant dan terlihat mampu menghasilkan cahaya sendiri yang unik.
“Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semua itu baik” (Injil Perjanjian Lama. Kejadian : 16-18)
Bulan sejatinya adalah pasangan matahari layaknya Yin dan Yang. Diciptakan sebagai penyeimbang elemen hidup alam semesta yang diciptakan Tuhan. Bulan dan matahari sejatinya beroposisi, seimbang di langit dan memiliki ukuran yang relatif sama meski lebih besar matahari. Silahkan resapi ayat injil diatas, dan dengan mata telanjang, anda bisa mengamati keduanya dan menyimpulkannya.
Namun karya fiksi sains modern yang masuk kedalam kurikulum pelajaran disekolah, telah mengkerdilkan natural intelligence anda untuk kembali menelaah kebenaran jarak dan ukuran benda-benda tersebut. Semua terasa sudah benar asalkan berasal dari bangku sekolah. Namun ketahuilah bahwa,
“Ilmu tidak terbatas pada pelajaran -pelajaran yang telah anda pelajari di sekolah atau di kampus. Tapi jauh lebih luas …”
Bulan penyeimbang Matahari dan Sebaliknya
Cahaya matahari terlihat berwarna kuning ke emasan. Sifatnya hangat, mengeringkan dan mampu mengawetkan dan ber antiseptik. Beroposisi sebagai penyeimbang, cahaya bulan berwarna ke perakan, bersifat dingin, melembabkan mampu membusukan dan septik. Sinar matahari membuat pembakaran pada api unggun meredup, sedangkan sinar bulan justru meningkatkan akan pembakaran.
Senyawa hewan dan tumbuhan yang terjemur dengan sinar matahari akan mengering, menyusut, mengental dan akan kehilangan kecenderungan terurai alias membusuk. Contohnya adalah proses pembuatan rengginang, jenis makanan ini terkonsentrasi pada proses pengeringan nasi sisa atau ketan dengan cahaya matahari untuk menghindari pembusukan. Makanan lain yang juga dikeringkan dengan cahaya matahari agar awet adalah kurma, kismis dan masih banyak lagi. Namun ketika kita mengandalkan cahaya bulan untuk melakukan itu semua, senyawa hewan atau tanaman akan cenderung menunjukan gejala pembusukan.
Termometer yang terpapar sinar matahari secara langsung akan menunjukan suhu yang lebih panas jika dibandingkan dengan keberadaannya didalam ruangan. Namun sebaliknya termometer yang terpapar langsung dengan sinar bulan akan menunjukan suhu yang lebih dingin jika dibandingkan dengan keadaan tidak terkena sinar bulan.
Dalam pelajaran fisika kita telah membuktikan, bahwa jika kita mengambil Luv (kaca pembesar) dan mengumpulkan sinar matahari menjadi titik fokus, maka sinar tersebut dapat menciptakan panas yang signifikan dan membakar sesuatu. Namun pernahkan anda melakukan hal yang sama terhadap sinar bulan ? Para peneliti rumahan (FE) telah membuktikan bahwa sinar bulan yang dikumpulkan dengan Luv sama sekali tidak menciptakan panas dan justru menurunkan suhu yang tertera pada termometer lebih dari 8℃.
Sinar Bulan bukan refleksi sinar Matahari
Jika memang sinar bulan adalah pantulan sinar matahari yang panas, maka sinar bulan yang menuju bumi adalah sinar hangat yang sama. Faktanya, malam bulan purnama justru terasa lebih dingin dari pada malam-malam lainnya.
Fisik bulan yang digambarkan oleh GE (berbentuk bola) sejatinya tidak bisa menjadi pemantul cahaya matahari. Sifat pemantul cahaya haruslah datar atau cekung agar sinar memiliki sudut masuk (angle of incidence). Bulan yang berbentuk bola, berarti memiliki permukaan yang cembung. Oleh karenanya setiap berkas cahaya yang terpancar dalam sebuah garis lurus dengan radius, akan tegak lurus kepermukaan sehingga tidak akan menghasilkan pantulan cahaya.
Bulan memiliki cahanya nya sendiri. Bulan juga menampilkan keunikan saat bercahaya pada waktu-waktu yang rutin (fase bulan). Terkadang permukaannya bersinar penuh / full moon, namun terkadang pula ia menampilkan bagian transparant nya hingga membentuk sinar unik seperti half moon atau crescent moon.
Buka juga :
0 Comments